Property

Jumat, 25 Desember 2009
Gedung Tertinggi dan Mal Terluas di Indonesia Dibangun di St Moritz
KOMPAS.com - Michael Riady (29), cucu taipan Mochtar Riady, terjun ke bisnis properti dan bertanggung jawab atas megaproyek superblok St Moritz, Puri Kembangan, Jakarta Barat. Michael yang saat ini CEO St Moritz, sebelumnya pernah "berkeliling" bekerja di berbagai proyek properti Lippo, mulai dari Metropolis Town Square dan WTC Matahari Serpong di Tangerang, Cibubur Junction di Jakarta Timur, Bandung Indah Plaza di Bandung, Kemang Village di Jakarta Selatan, dan sekarang St Moritz di Jakarta Barat.




Michael seakan tak pernah berhenti belajar mendalami properti di perusahaan yang didirikan kakeknya, Mochtar Riady. "Yang membuat seorang pemimpin berbeda dengan orang biasa adalah pemimpin selalu belajar dengan keras. Pemimpin tidak pernah berhenti belajar. Contohnya Michael Jordan. Setiap hari tetap bermain basket. Sudah jago pun tetap main basket," kata Michael memberi analogi.



Lahir di Jakarta, September 1980, Michael mengenyam pendidikan TK dan SD reguler di Singapura, SMP Jakarta International School (JIS) di Kelapa Gading Jakarta. Sempat mengenyam pendidikan SMA Pelita Harapan kelas I, Michael pindah kuliah ke Los Angeles, Amerika Serikat. Dia mengambil jurusan keuangan di California State University, dan sempat bekerja di AIG dan lembaga sekuritas, lalu pindah ke law firm, khusus bidang hukum properti. Akhir tahun 2003, Michael kembali ke Indonesia, dan langsung bergabung dengan PT Lippo Karawaci Tbk sampai saat ini.



Berikut ini petikan wawancara khusus Robert Adhi Ksp dari Kompas.com dengan CEO St Moritz Michael Riady di kantornya di Puri Kembangan, Jakarta Barat, Kamis (10/12/09) sore.



Generasi ketiga keluarga Riady mulai memegang perusahaan properti. Apakah Anda dipersiapkan menjalankan roda bisnis bidang properti di Grup Lippo?

Saya kira yang lebih penting adalah kami semua diberi kesempatan, mau pilih bidang mana sesuai talenta yang ada. Jadi kami tidak pernah dibilang harus masuk ke sana atau ke sini. Kami diberi kesempatan dan diarahkan. Kami sendiri yang memutuskan akan bekerja di bidang mana. Saya senang di properti. Ada saudara saya di media, ada di rumah sakit. Panggilan dan talenta kami berbeda-beda. Nah di St Moritz, mereka menyebut saya sebagai CEO. Saya terima dengan segala tanggung jawabnya yang sangat besar. Saya bekerja bersama tim untuk mensukseskan proyek St Moritz ini.



Mengapa Lippo memilih lokasi di Jakarta Barat?

Lokasi St Moritz berada di CBD Jakarta Barat yang dekat dengan Bandara Internasional Soekarno-Hatta, mudah diakses lewat jalan tol, dan berada di persimpangan JORR, jalan tol lingkar luar. Dekat dengan bandara sangat penting karena saat ini berpergian dengan pesawat sudah kebutuhan. Tiket pesawat makin murah dan orang makin sering travelling. Lokasi St Moritz di persimpangan JORR ini sangat strategis. Kita bisa bandingkan dengan negara yang sering dilalui seperti Singapura, kecil tapi makmur. Di sini, St Moritz unggul dengan proyek properti di lokasi lain. Kami berada di kawasan sentra primer atau CBD Jakarta Barat seluas 135 hektar. Jadi nilainya sudah berbeda. Pemerintah Jakarta ingin membangun CBD baru, seperti di Shanghai dan Singapura. Di Singapura, CBD yang semula di downtown, bergeser ke Marina Bay. Di Jakarta, CBD dari Semanggi pindah ke TB Simatupang. Jadi trennya sudah kelihatan. Masalahnya hanya waktu. Dan Lippo mendapatkan keuntungan dari pertumbuhan dan tren ini, termasuk rencana pembangunan jembatan Selat Sunda yang menghubungkan Sumatera dengan Jawa. Semua kendaraan yang masuk Jakarta, akan melalui Jakarta Barat. Di masa depan, lokasi ini sangat strategis. Selain itu daya beli relatif baik dan lifestyle cukup terbuka.



Seperti apa wajah St Moritz kelak?

Lokasi ini sudah dipersiapkan lebih dari 10 tahun. Tapi yang perlu diingat adalah pembangunan properti menunggu waktu yang tepat. Ibaratnya kita membeli buah, jika membeli hari ini, belum tentu buahnya matang, tetapi ada pula buah yang langsung matang. Jadi ini masalah waktu. Lahan di Jakarta Barat ini sudah kami beli sudah cukup lama. Tapi karena belum matang, tanah ini kami simpan dulu sebagai bank tanah. Ini merupakan strategi properti. Persiapan St Moritz sudah dimulai tahun 2006, tapi untuk melakukan launching Agustus 2008, kami butuh waktu 2,5 tahun. St Moritz akan dibangun di lahan seluas 12 hektar. Konsepnya global city, kota yang lengkap dengan sekolah, mal, rumah sakit, hotel, tempat konvensi dan fasilitasnya, semuanya sebelas jenis. Kami sebut 11 in 1. Kami membangun kota berstandar global. Ini patokan kami. Semua yang dibangun harus berkualitas baik dan berstandar internasional. Benchmark kami adalah Singapura, Hongkong, New York, Tokyo. Cosmopolitan living, global city yang nyaman. Kami mengacu pada Lippo Village. Bedanya Lippo Village dibangun horisontal, St Moritz dibangun vertikal karena keterbatasan lahan.



Di St Moritz akan dibangun gedung perkantoran tertinggi dan mal terbesar di Indonesia. Bisa dijelaskan?

Benar sekali. Kami akan membangun gedung perkantoran tertinggi di Indonesia dengan 65 lantai. Kami belum memberi nama gedung ini, tapi akan menjadi semacam International Financial Center di Hongkong. Tentu saja gedung ini memperhatikan segala aspek, termasuk ketahanan gempa. Selain itu kami juga akan membangun mal terbesar dan terluas di Indonesia dengan luas 450.000 meter persegi. Kami akan membangun mal yang mengelilingi delapan menara apartemen, dalam empat tahap. Di St Moritz juga akan dibangun gedung kovensi seluas 6.000 meter persegi, setara dengan Jakarta Convention Center. Juga akan dibangun Sea World seperti di Ancol, seluas 4.000 meter persegi. Ada sebelas fasilitas yang dibangun di satu tempat.



Siapa target penghuni apartemen St Moritz?

Kami akan membangun delapan menara apartemen di St Moritz, Puri Kembangan, dengan 2.500 unit kamar. Kami perkirakan ada 6.000 orang penghuni apartemen di sini.

Target kami adalah orang-orang lokal yang tinggal di Jakarta Barat sebagai pembeli utama. Memang ada orang Tangerang yang membeli unit apartemen, tapi sebagian besar penduduk Jakarta Barat. Mereka adalah end-user. Sejak Agustus 2008, kami sudah me-launching tiga menara dengan 494 unit, dan sudah terjual 80 persen. Serah terima tiga menara dilakukan Oktober 2011. Ukuran unit kamar apartemen mulai 82 meter persegi sampai 269 meter persegi. Targetnya, mereka yang baru lulus kuliah, keluarga baru, sampai mereka yang sudah lanjut usia. Ketiga menara apartemen ini berbeda segmen. Tapi tujuan kami bukan cuma sekadar menjual. Hari ini bangun, besok bye bye. Lippo tidak begitu. Kami tetap me-maintenannce penghuni dengan berbagai fasilitas yang lengkap.



Anda yakin St Moritz bakal sukses?

Banyak orang membangun properti di Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat. Tapi menurut saya, lebih enak jualan apartemen di Jakarta Barat. Kami belum punya saingan sehingga otomatis lebih gampang. Selain itu, pembeli properti adalah orang-orang lokal. Artinya, mereka yang sudah tinggal di Jakarta Barat, melakukan berbagai kegiatan dan memiliki keluarga di Jakarta Barat, belum tentu mau bila disuruh pindah ke Jakarta Timur dan wilayah lainnya. Ini bukan masalah duit. Sebetulnya selama 25 tahun terakhir ini, permintaan apartemen ada tapi suplainya tak ada. Ketika St Moritz hadir, kami tak ada saingan. Dan jangan lupa, jantung Jakarta Barat ada di sini. Kantor Wali Kota Jakbar juga ada di sini. Membangun properti harus ada semutnya dan di Jakarta Barat, semutnya sudah gemuk. Jadi saya bersyukur berinvestasi di Jakarta Barat. Justru di sini good market. Pembeli sekarang sudah pintar. Mereka menganalisis dulu lokasi dan kualitas produk sebelum membeli. Lihat konsep pengembang seperti apa. Baru melihat siapa yang membangun. St Moritz ada di kawasan CBD. Orang yang suka dengan suasana Singapura, cocok tinggal di kawasan ini. Pengunjung mal PX saja tidak keberatan memarkir mobil di lahan outdoor, dan kemudian berjalan kaki menuju mal. Suasana begini akan mengurangi orang naik mobil karena desain bagus, sudah diblok, tinggal jalan kaki.



Langkah apa yang dilakukan Lippo untuk mengurangi banjir di kawasan ini?

Sesuai dengan konsep Lippo Village, kami juga memikirkan masalah air kotor, air bersih, dan banjir. Konsep pengelolaan air itu diterapkan juga di Kemang Village dan St Moritz. Seebenarnya syarat ini tidak diminta pemerintah, tapi Lippo menambahkan sendiri karena menganggap ini penting untuk jangka panjang dan supaya tidak terjadi genangan dan banjir. Lippo coba melebihi standar. Kami mencoba seefisien dalam pengelolaan air.



Anda merencanakan melakukan inovasi teknologi baru di St Moritz. Bisa dijelaskan?

Saat ini kami sedang membahas rencana inovasi teknologi baru dengan perusahaan Amerika Serikat yang bergerak di bidang Teknologi Informasi. Nanti semua penggunaan listrik disentralisasi, dipusatkan, sehingga penggunaannya akan sangat efisien. Penggunaan AC disesuaikan dengan cuaca di luar. Penggunaan lampu juga secara otomatis. Ada sensor, jika tak ada orang di ruangan, lampu bisa mati sendiri. Kami percaya bahwa inovasi yang membuat kami sebagai leader, bukan harga. Inovasi yang membuat dunia makin maju. Karena itu kami akan melakukan investasi dalam inovasi bidang TI. Supaya orang tidak hanya beli apartmen, tetapi juga menikmati gaya hidup. Kelak penghuni apartemen dapat mengontrol listrik melalui remote, gadget. Ini langkah inovasi. Dan Lippo adalah pengembang pertama yang memperkenalkan teknologi baru ini. (Robert Adhi Ksp)

0 komentar:

Posting Komentar

Dimana ya ?

 

FEEDJIT Live Traffic Map

Information

Website Meter

free counters

@

online counter

004 -> 03042010

free counters
Diberdayakan oleh Blogger.

Pengikut

About Me

Foto saya
Muara bengawan solo, MBS_CT101-Msi, Indonesia
SEGALANYA BERAWAL DARI KEYAKINAN, perubahan adalah sesuatu yang abadi... HARAPAN SELALU MEMBERIKAN SEMANGAT UNTUK SELALU BERJUANG...

Tentang Kami

 

© 2010 Ruang, waktu...